Minggu, 08 November 2020

Percaya Diri Dalam Melakukan "Public Speaking"

 Jambi, 8 November 2020


Penulisan ini di dalam kamar milik Atha (anakku yg cowok),


Hi Pembaca, ketemu lagi kita bagi yang membaca blogku ini. Ditengah-tengah mengurus dua anak yang hebat dan lucu ane coba sempatkan melukis kembali rajutan blog ini. O iya ini hari ke lima, Mommy (istriku) masih di depok karena menghadiri Akad Nikah adiknya dan ane sama anak-anak berada di Jambi. But ini fyi aja sebagai bumbu biar gak serius kali ya.

Nah, aku mau sedikit bercerita, ya bisa juga berbagi pengalaman yang aku jalanin selama ini. Kalo liat judulnya "Percaya Diri Dalam Melakukan Public Speaking" tentu banyak pakar dan praktisi yang lebih jelas dan pas untuk berbagi. Tapi kali ini bolehlah ane juga pengen berbagi akan hal ini. 

Public Speaking sendiri bagiku memang sudah menjadi keseharian dalam menjalankan tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan selama ini. Pekerjaanku selama ini bisa dikatakan sering bertemu orang-orang diluar dari perusahaan dan ini membuat aku terbiasa jadinya akan Public Speaking. Kalo membaca teori dari Pak Aristoteles bahwa manusia ini selain mahluk individu manusia juga mahluk sosial atau bisa dikatakan dengan padanan kata monodualis, ini dimaksudkan pak Aristoteles kita itu kudu pandai bermasyarakat selain melakukan hal-hal pribadi. Nah tentu dari kegiatan-kegiatan kantorku tadi dan teori oleh pak Aristoteles, Public Speaking menjadi hal yang tak terpisahkan oleh ane.

Sebelum kita masuk ke hal pokok public speaking, hal mendasari aku melakukan berbagi ilmu akan public speaking adalah setiap aku ke institusi, ke kampus, ke sekolah atau ke organisasi-organisasi, ane selalu dilihat pasti mau jualan ( ya iyahlah, mmg kan tugas kantor) ajah, gak ada imbal balik pada mereka. So, ane balik, ane coba berbagi untuk menjadikan public speaking ini tidak menjadi momok setiap orang dalam melakukannya bahkan ini bisa menjadi hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan.

Literatur yang ane dapatkan dalam melakukan public speaking atau berkomunikasi ada 3 faktor dalam keberhasilan melakukannya, 5% kata-kata, 38% nada suara dan 55% gesture kita. Dari 3 ini tentu poin per poinnya merupakan satu kesatuan dengan porsi masing-masing. Dan dari 3 faktor ini kita harus berhasil mendapatkan Kesan baik dari lawan komunikasi ataupun audience. Nah terus apa lagi sih sebelum 3 hal ini tentu kita harus memiliki hardskill yang sangat baik yang bisa kita dapat dari jenjang pendidikan formal ataupun non formal. Kemudian Softskill, hardskill tadi dilatih dengan kehidupan sosial kita seperti aktif di masyarakat terkecil seperti RT, ikut berorganisasi kepemudaan atau ikut beberapa kegiatan diluar dari pendidikan formal dan non formal.

Setelah kita kenali semua, maka saatnya melakukan uji coba praktek mulai dari skala keci. Misal memimpin rapat kecil dalam kantor kita. Atau apapun itu yang dan terus kita kembangkan dalam porsi yang menengah dan besar. Tentu ada tips-tips yang bisa ane sharing. Nah utk sharing tips-tipsnya, mungkin ane sisakan saja untuk tulisan lanjutan blog ane dikapan hari, maklum ane nunggu situasi kondisi aman, kan diawal ane dah bilang lagi jaga anak-anak ane yg cerdas dan menggemaskan, ah yasudah aku siap-siap mau masak untuk makan malem bareng anak-anak.


Salam, ATP

Rabu, 25 Maret 2020

Pondasi yang kokoh pada Visi dan Misi yang memBumi

Palembang, Jumat 1 November 2019

Hi Pembaca,

Selepas solat Jumat, tergerak hati, pikiran dan jari ini utk menuangkan pemikiran. Dan setelah itu, gak ditahun 2020, aku memulai lagi di 25 maret 2020. Dengan kondisi WFH akibat virus COVID19 ini. Ini sedang di Jambi, gak di Palembang. Dan sesuai dengan judul, Pondasi yang koko pada visi misi yang membumi. Dalam organisasi, mau skala kecil bahkan lingkup yang besar tentu kudu ada visi misi. Kenapa harus punya, kalo kata dosen ane yang ajarin Manajemen operasi, biar jelas anggota organisasi itu mau digerakkan ke arah mana.

Nah dari Visi Misi (bisa dilihat lah ya, banyak pengertian visi misi dari berbagai pakar dan ahli), kalo ane Visi ini arah kedepan organisasi dalam mewujudkan cita2nya dan apabila sudah tercapai untuk mempersiapkan lompatan kedua. Sedangkan misi menurut ane, rangkaian arah ini dijelaskan caranya dalam mewujudkannya. Jadi betapa pentingnya visi misi ini dalam langkah awal menentukan organisasinya, karena akan dipakai semua anggota organisasi dalam bekerja.

Bagaimana Visi Misi ini bisa ngeBumi atau jejag? Nah ini tentu ada pemeran utama yang harus menjalankan secara konsisten. Siapa? kalo pendapat ane sih tentu saja Leaders organisasi, Leaders menjadi tokoh utama dalam menjalankan, mensosialisasikan, mengkonsistenkan Visi Misi Organisasi. Dengan tugas utama inilah, kalo dijalankan secara tulus, diibaratkan bak air yg mengalir, seluruh anggota organisasi dan bahkan pihak external akan mengikuti secara ikhlas Visi Misi Organisasi.

Dan sampailah ke paragraph ke empat, yg artinya dah lumayanlah buat ane sebagai penulis pemula. So Gaes, semoga tulisan ane ini bermanfaat dan kalo sebaliknya juga gak apa-apa juga. Dan karena wabah pandemi ini terus merengut banyak korban, ane mau bilang #diRumahAja samapai suasana bener-bener aman. 

Regards
ATP